Membaiknya ekonomi Amerika
Serikat (AS) dan bersinarnya kinerja bursanya membuat investor emas
pantas khawatir. Sebab, perbaikan ekonomi AS bisa mengalihkan
kepercayaan investor dari emas ke produk investasi lain seperti saham
dan obligasi.
Setidaknya,
ini adalah pandangan dari pengamat investasi Leo Hadi Loe. Menurut Leo,
kondisi harga emas yang berada di posisi 1.240,30 dollar AS per ounce
masih berpotensi untuk turun lagi.
“Harga di atas 1.200 dollar AS itu masih bisa turun lagi,” terang Leo, di Jakarta, Kamis (27/6/2013).
Menurut Leo, jika ekonomi AS dan bursa saham AS terus menggeliat naik, maka emas bisa ditinggalkan. Investor akan melihat keuntungan yang menjanjikan di saham dan obligasi.
Potensi
penurunan emas lainnya adalah biaya produksi emas yang masih di bawah
harga jual emas saat ini. Menurutnya, seandainya emas dijual di harga
1.000 dollar AS per ounce, maka produsen emas masih mendulang keuntungan 200 dollar AS sampai 300 dollar AS per ounce.
“Karena ongkos produksi emas sekitar 700–800 dollar AS per ounce,” jelas Leo.
Atas pertimbangan produksi itu, Leo menilai penurunan harga emas masih logis terjadi.
“Sebaiknya
tunggu harga emas itu sampai titik terbawahnya, barulah membeli. Bagi
yang sudah membeli di harga 1.500 dollar AS per ounce, siap-siap saja cut loss,” terangnya.
Penilaian dari Leo cukup beralasan, apalagi Goldman Sachs
Group Inc memangkas proyeksi harga emas hingga 2014 mendatang. Dalam
laporannya yang dirilis hari awal pekan ini, Goldman memangkas prediksi
harga emas tahun depan menjadi 1.050 dollar AS per troy ounce dari sebelumnya 1.270 dollar AS per troy ounce.
Menurut analis Goldman, Damien Courvalin dan Jeffrey Currie, saat ini investor mencemaskan langkah The Federal Reserve yang berencana mengurangi kebijakan quantitative easing hingga akhir tahun ini dan menghentikannya pada pertengahan tahun depan.
Sumber: JAKARTA, KOMPAS.com — Kamis, 27 Juni 2013 | 14:20 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar